Jumat, 11 September 2015

askep sinusitis



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.

1.2.      Rumusan Masalah
1.2.1.   Apa definisi dari sinusitis?
1.2.2.   Bagaimana etiologi dari sinusitis?
1.2.3.   Bagaimana patofisiologi dari sinusitis?
1.2.4.   Apa manifestasi klinis dari sinusitis?
1.2.5.   Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita sinusitis?
1.2.6.   Bagaimana penatalaksanaan dari sinusitis?
1.2.7.   Apa saja komplikasi dari sinusitis?
1.2.8.   Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita sinusitis?
1.3.Tujuan
1.3.1.   Dapat memahami definisi sinusitis.
1.3.2.   Dapat mengetahui etiologi dari sinusitis.
1.3.3.   Dapat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.
1.3.4.   Dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.
1.3.5.   Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada penderita sinusitis.
1.3.6.   Dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.
1.3.7.   Dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.
1.3.8.   Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita sinusitis.
1.4.Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan sinusitis, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      KONSEP TEORI
2.1.7.   Pengertian
1.   Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A.K Muda Ahmad,2003).
2.   Sinusitis adalah radang mukosa sinus para nasal sesuai anatomi sinus yang terkena,dapat dibagi menjadi sinusitis maksila,sinusitis etmoid,sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid(soepardi 2012)
3.   Sinusitis adalah peradangan sinus yang berada di sekitar hidung,dapat berupa sinusitis maksiralis atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronis.dapat mengenai anak yang sudah besar.pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11 tahun(Ngstiya 2011)

2.1.7.   Etiologi (penyebab)
Pada Sinusitis Akut, yaitu :
1.      Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
2.      Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
3.      Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
4.      Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.
a.       Septum nasi yang bengkok.
b.      Tonsilitis yang kronik.

2.1.7.      Patofisologi
            Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk    tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi. Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8 minggu. Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih  dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%). Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
2.1.7.      Menefestasi Klinis
Sinusitis Akut
1.      Sinus Maksilaris : Gejalanya berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang   biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, dan sering kali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk juga terkadang berbau busuk.
2.      Sinusitis etmoidalis : Gejalanya berupa nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan   diatas jembatan hidung, drainase dan sumbatan hidung.
3.      Sinusitis Frontalis : Gejalanya berupa nyeri kepala yang khas berlokasi diatas alis dan biasa pada pagi hari dan memburuk pada tengah hari kemudian perlahan-lahan sampai menjelang malam.
4.      Sinusitis Sfenoidalis : Gejalanya berupa nyeri kepala yang mengarah ke verteks kranium.

2.1.7.      Pemeriksaan Penunjang
            Diagnosa meliputi pemeriksaan dengan menggunakan transiluminasi yaitu dengan cara lampu senter yang menyala ditempelkan diatas sinus maksila dengan mulut dalam keadaan tertutup untuk mengamati cahaya terang pada ruangan sinus yang normal karena sinus normal hanya terisi udara. Apabila ditemukan daerah yang gelap menandakan adanya sekresi purulen dan penyumbatan sinus. Pemeriksaan dengan sinar-X pada sinus dan endoskopi nasal juga bisa dilakukan, akan tetapi ini lebih jarang dilakukan, kecuali pasien memiliki penyakit kronis dan berulang.
            Tomografi komputer diindikasikan untuk evaluasi sinusitis kronik yang tidak membaik dengan terapi, sinusitis dengan komplikasi, evaluasi preoperatif, dan jika ada dugaan keganasan. Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih baik daripada tomografi komputer dalam resolusi jaringan lunak dan sangat baik untuk membedakan sinusitis karena jamur, neoplasma, dan perluasan intrakranialnya, namun resolusi tulang tidak tergambar baik dan harganya mahal.

2.1.6.      Penatalaksanaan
Sinusitis akut
            Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan untuk kondisi ini adalah amoksisilin dan ampisilin. Alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah trimetoprim/sulfametoksazol (kekuatan ganda) (Bactrim DS, Spetra DS). Dekongestan oral atau topikal dapat saja diberikan. Kabut dihangatkan atau diirigasi salin juga dapat efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainase rabas purulen. Dekongestan oral yang umum adalah Drixoral dan Dimetapp. Dekongestan topikal yang umum diberikan adalah Afrin dan Otrivin. Dekongestan topikal harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke belakang untuk meningkatkan drainase maksimal. Jika pasien terus menunjukkan gejala setelah 7-10 hari, maka sinus perlu diirigasi.

2.1.7.      Komplikasi
            Komplikais sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.
            Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.
            Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa:  Osteomielitis dan abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.
            Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum sinusitisnya disembuhkan.

2.1.8        Pemeriksaan diagnoistik
1.      Pemeriksaan trasilumasi(untuk sinus maksila dan sinus frontal)untuk mengetahui daerah gelap yang tanpak pada daerah infraorbita yang berarti antrum berisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma dalam antrum
2.      Pemeriksaan radiologi
Bila dicurigai adanya kelainan disinus paranasal maka akan dilakukan pemeriksaan radiologi.
3.      Pemeriksaan histopatologik
Dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinukopi.
4.      Sinoskopi
Pemeriksaan kedalam sinus maksila menggunakan ensdoskopi,dapat dilihat keadaan di dalam sinus,apa ada secret,polip,jaringan granulasi.
5.      Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan untuk mengetehaui adanya meatus medinus dan meatus superior









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SINUSITIS SUB AKUT

3.1.      Pengkajian
3.1.1.      Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa medis.\

3.1.2.      Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada bagian hidung

3.1.3.      Riwayat penyakit sekarang
Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu P : Sinusitis, Q: ditusuk-tusuk, R: Hidung, S: 6, T: Sering, disertai pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa menderita sinusitis subakut.

3.1.4.      Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT. 

3.1.5.      Riwayat penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini dalam keluarga ada yang menderita penyakit tumor ginjal  atau tidak, ada penyakit menurun atau menular.

3.2.      Observasi Dan Pemeriksaan Fisik
1.         Keadaan umum      : Cukup
2.         Kesadaran               : Composmentis (E :4, V:5 M:6, GCS = 15).


3.         Tanda-tanda vital, TB dan BB :
TD :120/90mmHg, S :36,7 0C,       N : 88x/mnt, RR : 26x/mnt
TB :155cm                         
BB :45 kg.

3.3.      Body Systems:
3.3.1.         Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : 
Inspeksi : bentuk hidung normal,pernafasan cuping hidung (+),secret (+), pasien
                Pasien terpasang O2 nasal, retraksi dada (-) ,bentuk dada 
                            Simetris.
Palpasi : Nyeri tekan (-),RR : 22x/mTrachea : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesicular
Suara tambahan :         
 wheezing                                : (+)
 rochi                                       : tidak ada suara tambahan
 rales                                        : tidak ada suara tambahan
 crackles                                  : tidak ada suara tambahan

3.3.2.         Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis,bentuk dada simetris
Auskultasi : S1,S2 Tunggal
                   ND : 88x/m
                    CRT : > 2 Detik

3.3.3.         Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran:  Composmentis
GCS : Glasgow coma scale
E : 4        V : 5              M : 6                NILAI TOTAL : 15
3.3.4.         Persepsi sensori:
Pendengaran :
Telinga kanan :pendengaran normal
Telinga kiri    : pendengaran normal
Penciuman       :
Hidung kanan : Penciuman tidak normal selalu merasa mencium bau busuk
Hidung kiri    : Penciuman tidak  normal selalu merasa mencium bau busuk
Pengecapan     :
 Manis (+)          Asin (+)            Pahit (+)  Pedas (+)
Penglihatan     :          
Mata kanan dan kiri dapat melihat dengan baik
Perabaan         : 
panas: tidak        dingin: ya         tekan:ya

3.3.5.         Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,tidak terpasang kateter.
Produksi urine  : 900 ml                      
Frekuensi          : 2x/hari
Warna   : kuning pekat
Bau       : khas amoniak

3.3.6.         Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Mulut dan tenggorok    :
Warna   Lidah   : putih kotor
Lesi                   : tidak ada lesi,tidak ada stomatitis
Masa                 : tidak ada masa
Gangguan Bicara : tidak ada gangguan
Abdomen                      : tidak ada nyeri tekan,bentuknya simetris
Rectum                         : tidak ada kelaianan
BAB                             : 1 x/ hari                                  Konsistensi :lembek

3.3.7.   Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Uji kekuatan otot :        5        5
                                     5         5
Extremitas:
Atas dan bawah normal,tidak ada kelainan
Kulit:
Warna kulit     :            ikterik                 Turgor         : baik  
























3.4.            Analisa Data
Data
Etiologi
Masalah
Ds :
Pasien mengatakan nyeri pada bagian hidungnya sejak 7 hari yang lalu
P : Sinusitis
Q : Ditusuk Tusuk
R : Hidung
S : 6
T : Sering
Do:
1.      Pasien tampak menahanm nyeri
2.      TTV
TD :120/90mmHg, S :36,7 0C,          N : 88x/mnt, RR : 26x/mnt
3.      Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala

Sinusitis

Aliran lendir/secret terhambat


Secret tertimbun banyak di sinus



 
Tekanan sinus



Nyeri akut
Ds:
Px mengatakan kalau bernafas susah
Do :
1.      Pasien  tampak sesak
2.      Secret +
3.      Terpasang nasal O2 nasal kanul
4.      Pernafasan cuping hidung +
5.      RR : 26 x/ menit
6.      Wheezing +
Sinusitis

Produksi secret

Akumulasi secret disaluran pernafasan

Ventilasi terganggu
Ketidak ekeftipan bersihan jalan nafas

3.5.            Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri akut  berhubungan dengan peningkatan tekanan sinus dari peradangan pada sinus.
2.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret dari peradangan sinus.






















3.6.               Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
1.Nyeri akut  berhubungan dengan peningkatan tekanan sinus dari peradangan pada sinus.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri hilang atau   berkurang, dengan kriteria hasil :
a.      Melaporkan secara verbal nyeri berkurang atau hilang
b.      Ekspresi wajah pasien tidak tampak menyeringai
c.      Pasien dapat beristirahat dengan tenang
d.     Skala nyeri 0
e.      TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmhg
N  : 60-10x/mnt
RR : 16-22x/mnt
S : 36 – 37,5◦ C


1.   Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine
2.   Observasi tanda – tanda vital
3.   Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien  serta keluarganya.
4.   Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
5.   Kolaborasi untuk penggunaan analgetik.



1.      Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2.      Untuki mengetahui perubahan yang terjadi pada TTV untuk dijadikan indokator penegakan diagnosa
3.      Dengan mengetahui sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
4.      Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang
5.      Dapat mengurangi nyeri.


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret dari peradangan sinus.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif kembali dengan kriteria hasil:
1.   Tidak adanya suara nafas tambahan
2.   Wheezing (-)
3.   RR= 16-20 x/menit

1.   Kaji penumpukkan sekret yang ada.
2.   Kaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
3.   Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
4.   Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
5.   Kolaborasi dalam pemberian O2, nebulizer

1.        Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
2.        Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
3.        Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut
4.        Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.
5.        Untuk menghilangkan sesak nafas dan mengencerkan secret

3.7.            Implementasi
Diagnosa
Tanggal / jam
Implementasi
Nyeri akut  berhubungan dengan peningkatan tekanan sinus dari peradangan

1.      Mengkaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine
2.      Melakukan pemeriksaan TTV, TD : 120/90 mmhg, N : 80 x/mnt, S : 36,5◦ C, RR: 24 x/mnt
3.      Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien  serta keluarganya.
4.      Mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
5.      Kolaborasi untuk penggunaan analgetik.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret dari peradangan sinus.


1.      Mengkaji penumpukkan sekret yang ada.
2.      mengkaji pasien untuk posisi semi fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
3.      Mempertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
4.      Membantu latihan nafas abdomen atau bibir.
5.      Melakukan pemasangan O2, dan melakukan pemberian nebulizer










3.8.            Evaluasi
Tanggal/jam
Diagnosa
Evaluasi

Nyeri akut  berhubungan dengan peningkatan tekanan sinus dari peradangan
S :
Pasien mengatakan masih terasa nyeri dibagian hidung
P : Sinusitis
Q : Ditusuk Tusuk
R : Hidung
S : 4
T : Sering
O:
  1. Pasien tampak menahanm nyeri
2.      TTV
TD :120/90mmHg, S :36,5 0C,             N : 80x/mnt, RR : 24x/mnt
3.      Nyeri masih dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret dari peradangan sinus.

S:
Px mengatakan kalau bernafas masih terasa sulit
O:
1.      Pasien  tampak sesak
2.      Secret +
3.      Terpasang nasal O2 nasal kanul
4.      Pernafasan cuping hidung +
5.      RR : 24 x/ menit
Wheezing -


























BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      sinusitis adalah suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal.  Penyebab dari sinusitis adalah virus, bakteri, atau jamur. Kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah streptococcus pneumoniae dan hemophilus influenza.
2.      Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada pasien adalah :
3.      Implementasi dapat dikerjakan dengan baik sesuai dengan harapan dalam perencanaan tanpa ada kendala yang berarti, ini didukung oleh fasilitas yang mencukupi di Rumah Sakit serta kerja sama dengan klien dan keluarga.
4.    Hasil evaluasi dilakukan untuk mengetahui tercapainya pemecahan masalah dan satu tindakan yang telah di laksanakan. Dilakukan pengkajian ulang terhadap aspek yang terkait masalah klien. Selama dalam perawatan yang penulis lakukan pada klien post operasi sinusitis berdasarkan hasil evaluasi maka dapat di simpulkan bahwa semua masalah dapat teratasi dan juga sebagian teratasi bertahap setiap harinya.

B.       Saran
Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat menurun dengan pemberian antibiotic dan dekongestan sejak dini (awal terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan perubahan menjadi kronik.









DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan  FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35554Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Sinusitis.html
http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-sinusitis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar