BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim
diderita di seluruh dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita
sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat
menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk
perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala
yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu
pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma.
Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi
perempuan, atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman,
etiologi sinusitis sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya
yang 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom
yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam
penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di
antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang
meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara
laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak
adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada
pasien dengan sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi.
Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya
masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus
karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu
penyebab timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan
tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di
mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang
menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan
pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan
dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.
1.2. Rumusan
Masalah
1.2.1.
Apa definisi dari sinusitis?
1.2.2.
Bagaimana etiologi dari sinusitis?
1.2.3.
Bagaimana patofisiologi dari sinusitis?
1.2.4.
Apa manifestasi klinis dari sinusitis?
1.2.5.
Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada penderita sinusitis?
1.2.6.
Bagaimana penatalaksanaan dari sinusitis?
1.2.7.
Apa saja komplikasi dari sinusitis?
1.2.8.
Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada
penderita sinusitis?
1.3.Tujuan
1.3.1.
Dapat memahami definisi sinusitis.
1.3.2.
Dapat mengetahui etiologi dari sinusitis.
1.3.3.
Dapat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.
1.3.4.
Dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.
1.3.5.
Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu
dilakukan pada penderita sinusitis.
1.3.6.
Dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.
1.3.7.
Dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.
1.3.8.
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada
penderita sinusitis.
1.4.Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan
mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
sinusitis, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
KONSEP TEORI
2.1.7.
Pengertian
1. Sinusitis adalah radang pada rongga
hidung (A.K Muda Ahmad,2003).
2. Sinusitis adalah radang mukosa sinus
para nasal sesuai anatomi sinus yang terkena,dapat dibagi menjadi sinusitis
maksila,sinusitis etmoid,sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid(soepardi
2012)
3. Sinusitis adalah peradangan sinus
yang berada di sekitar hidung,dapat berupa sinusitis maksiralis atau frontalis
sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronis.dapat mengenai anak yang sudah
besar.pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11
tahun(Ngstiya 2011)
2.1.7.
Etiologi (penyebab)
Pada
Sinusitis Akut, yaitu :
1. Infeksi virus
Sinusitis
akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian
atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
2. Bakteri
Di
dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal
tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus
tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya
tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga
terjadi infeksi sinus akut.
3. Infeksi jamur
Infeksi
jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan,
contohnya jamur Aspergillus.
4. Peradangan menahun pada saluran
hidung
Pada
penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.
a. Septum nasi yang bengkok.
b. Tonsilitis yang kronik.
2.1.7.
Patofisologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh
patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary
clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan
zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang
masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya
berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu
sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi
tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi,
mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis
non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila
kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik
untuk tumbuhnya dan multiplikasi
bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut
bacterial dan memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi tidak berhasil
(misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi
hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini
merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa
menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi. Klasifikasi dan
mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya
akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8 minggu. Consensus
tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4
minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis
kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut
yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor
predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.Menurut berbagai
penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah
streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan moraxella
catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%). Pada
sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri
yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
2.1.7.
Menefestasi Klinis
Sinusitis
Akut
1. Sinus Maksilaris : Gejalanya berupa
demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya
reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak,
penuh dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, dan sering kali
terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk juga terkadang berbau busuk.
2. Sinusitis etmoidalis : Gejalanya
berupa nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan diatas jembatan hidung, drainase dan sumbatan
hidung.
3. Sinusitis Frontalis : Gejalanya
berupa nyeri kepala yang khas berlokasi diatas alis dan biasa pada pagi hari
dan memburuk pada tengah hari kemudian perlahan-lahan sampai menjelang malam.
4. Sinusitis Sfenoidalis : Gejalanya
berupa nyeri kepala yang mengarah ke verteks kranium.
2.1.7.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa meliputi pemeriksaan dengan
menggunakan transiluminasi yaitu dengan cara lampu senter yang menyala
ditempelkan diatas sinus maksila dengan mulut dalam keadaan tertutup untuk
mengamati cahaya terang pada ruangan sinus yang normal karena sinus normal
hanya terisi udara. Apabila ditemukan daerah yang gelap menandakan adanya
sekresi purulen dan penyumbatan sinus. Pemeriksaan dengan sinar-X pada sinus
dan endoskopi nasal juga bisa dilakukan, akan tetapi ini lebih jarang
dilakukan, kecuali pasien memiliki penyakit kronis dan berulang.
Tomografi komputer diindikasikan
untuk evaluasi sinusitis kronik yang tidak membaik dengan terapi, sinusitis
dengan komplikasi, evaluasi preoperatif, dan jika ada dugaan keganasan.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih baik daripada tomografi komputer dalam
resolusi jaringan lunak dan sangat baik untuk membedakan sinusitis karena
jamur, neoplasma, dan perluasan intrakranialnya, namun resolusi tulang tidak
tergambar baik dan harganya mahal.
2.1.6.
Penatalaksanaan
Sinusitis
akut
Tujuan pengobatan sinusitis akut
adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan
menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan untuk kondisi ini adalah amoksisilin
dan ampisilin. Alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah
trimetoprim/sulfametoksazol (kekuatan ganda) (Bactrim DS, Spetra DS).
Dekongestan oral atau topikal dapat saja diberikan. Kabut dihangatkan atau
diirigasi salin juga dapat efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga
memungkinkan drainase rabas purulen. Dekongestan oral yang umum adalah Drixoral
dan Dimetapp. Dekongestan topikal yang umum diberikan adalah Afrin dan Otrivin.
Dekongestan topikal harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke belakang
untuk meningkatkan drainase maksimal. Jika pasien terus menunjukkan gejala
setelah 7-10 hari, maka sinus perlu diirigasi.
2.1.7.
Komplikasi
Komplikais sinusitis telah menurun
secara nyata sejak ditemukannya antibiotic. Komplikasi berat biasanya terjadi
pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa
komplikasi orbita atau intracranial.
Kelainan orbita disebabkan oleh sinus
paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering adalah
sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi
terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul
ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal, abses orbita dan
selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan Intrakranial.
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan
thrombosis sinus kavernosus.
Komplikasi
juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa: Osteomielitis dan abses
suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya
ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula
oroantral atau fistula pada pipi.
Kelainan paru, seperti bronchitis
kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan
kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan
kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum sinusitisnya
disembuhkan.
2.1.8
Pemeriksaan diagnoistik
1. Pemeriksaan trasilumasi(untuk sinus
maksila dan sinus frontal)untuk mengetahui daerah gelap yang tanpak pada daerah
infraorbita yang berarti antrum berisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau
terdapat neoplasma dalam antrum
2. Pemeriksaan radiologi
Bila
dicurigai adanya kelainan disinus paranasal maka akan dilakukan pemeriksaan
radiologi.
3. Pemeriksaan histopatologik
Dari
jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinukopi.
4. Sinoskopi
Pemeriksaan
kedalam sinus maksila menggunakan ensdoskopi,dapat dilihat keadaan di dalam
sinus,apa ada secret,polip,jaringan granulasi.
5. Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan
untuk mengetehaui adanya meatus medinus dan meatus superior
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SINUSITIS
SUB AKUT
3.1. Pengkajian
3.1.1.
Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal masuk
rumah sakit, alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa
medis.\
3.1.2. Keluhan utama
Klien
mengeluh nyeri pada bagian hidung
3.1.3. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri ini dirasakan sejak 7
hari yang lalu P : Sinusitis, Q: ditusuk-tusuk, R: Hidung, S: 6, T: Sering,
disertai pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri
dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala.
Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan
sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya.
Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa menderita sinusitis subakut.
3.1.4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku pernah
mempunyai riwayat THT.
3.1.5. Riwayat penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini dalam keluarga ada yang menderita
penyakit tumor ginjal atau tidak, ada
penyakit menurun atau menular.
3.2. Observasi Dan Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan
umum : Cukup
2.
Kesadaran
: Composmentis (E :4, V:5
M:6, GCS = 15).
3.
Tanda-tanda
vital, TB dan BB :
TD :120/90mmHg, S :36,7 0C,
N : 88x/mnt, RR : 26x/mnt
TB :155cm
BB :45 kg.
3.3. Body Systems:
3.3.1.
Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung :
Inspeksi : bentuk hidung
normal,pernafasan cuping hidung (+),secret (+), pasien
Pasien terpasang O2 nasal, retraksi dada (-) ,bentuk dada
Simetris.
Palpasi : Nyeri tekan (-),RR : 22x/mTrachea : tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesicular
Suara tambahan :
wheezing : (+)
rochi : tidak
ada suara tambahan
rales : tidak
ada suara tambahan
crackles : tidak ada
suara tambahan
3.3.2.
Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Inspeksi
: Tidak ada pembesaran vena jugularis,bentuk dada simetris
Auskultasi
: S1,S2 Tunggal
ND : 88x/m
CRT : > 2 Detik
3.3.3.
Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran: Composmentis
GCS
: Glasgow coma scale
E
: 4 V : 5 M
: 6 NILAI TOTAL : 15
3.3.4.
Persepsi sensori:
Pendengaran :
Telinga kanan
:pendengaran normal
Telinga kiri : pendengaran normal
Penciuman :
Hidung kanan : Penciuman
tidak normal selalu merasa mencium bau busuk
Hidung kiri : Penciuman tidak normal selalu merasa mencium bau busuk
Pengecapan :
Manis (+)
Asin (+) Pahit (+)
Pedas (+)
Penglihatan :
Mata kanan dan kiri dapat
melihat dengan baik
Perabaan :
panas: tidak dingin: ya tekan:ya
3.3.5.
Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan,tidak terpasang kateter.
Produksi urine : 900 ml
Frekuensi : 2x/hari
Warna : kuning pekat
Bau : khas amoniak
3.3.6.
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Mulut dan tenggorok :
Warna Lidah :
putih kotor
Lesi : tidak ada lesi,tidak ada
stomatitis
Masa : tidak ada masa
Gangguan Bicara : tidak
ada gangguan
Abdomen : tidak ada nyeri
tekan,bentuknya simetris
Rectum :
tidak ada kelaianan
BAB : 1 x/ hari Konsistensi :lembek
3.3.7. Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Uji kekuatan otot : 5 5
5 5
Extremitas:
Atas dan bawah normal,tidak ada
kelainan
Kulit:
Warna kulit : ikterik Turgor :
baik
3.4.
Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||
Ds :
Pasien mengatakan nyeri
pada bagian hidungnya sejak 7 hari yang lalu
P : Sinusitis
Q : Ditusuk Tusuk
R : Hidung
S : 6
T : Sering
Do:
1. Pasien tampak menahanm nyeri
2. TTV
TD :120/90mmHg, S :36,7
0C, N : 88x/mnt, RR
: 26x/mnt
3. Nyeri
dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala
|
Sinusitis
Aliran
lendir/secret terhambat
Secret
tertimbun banyak di sinus
Tekanan sinus
|
Nyeri akut
|
|||
Ds:
Px mengatakan kalau
bernafas susah
Do :
1. Pasien tampak sesak
2. Secret +
3. Terpasang nasal O2 nasal kanul
4. Pernafasan cuping hidung +
5. RR : 26 x/ menit
6. Wheezing +
|
Sinusitis
Produksi secret
Akumulasi secret disaluran pernafasan
Ventilasi terganggu
|
Ketidak ekeftipan bersihan jalan nafas
|
3.5.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan sinus
dari peradangan pada sinus.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan secret dari peradangan sinus.
3.6.
Intervensi
Diagnosa
|
Tujuan dan KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.Nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan sinus dari peradangan pada sinus.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam, nyeri hilang atau
berkurang, dengan kriteria hasil :
a.
Melaporkan secara verbal nyeri berkurang atau hilang
b.
Ekspresi wajah pasien tidak tampak menyeringai
c.
Pasien dapat beristirahat dengan tenang
d.
Skala nyeri 0
e.
TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmhg
N :
60-10x/mnt
RR : 16-22x/mnt
S : 36 – 37,5◦ C
|
1. Kaji tingkat nyeri klien dengan
Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine
2. Observasi tanda – tanda vital
3. Jelaskan sebab dan akibat nyeri
pada klien serta keluarganya.
4. Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi.
5. Kolaborasi untuk penggunaan
analgetik.
|
1. Mengetahui tingkat nyeri klien
dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Untuki mengetahui perubahan yang
terjadi pada TTV untuk dijadikan indokator penegakan diagnosa
3. Dengan mengetahui sebab dan akibat
nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
4. Dengan tehnik distraksi dan
relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri sehingga nyerinya
dapat berkurang
5. Dapat mengurangi nyeri.
|
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret dari peradangan sinus.
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif
kembali dengan kriteria hasil:
1.
Tidak adanya suara nafas tambahan
2.
Wheezing (-)
3.
RR= 16-20 x/menit
|
1. Kaji penumpukkan sekret yang ada.
2. Kaji pasien untuk posisi semi
fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat
tidur.
3. Pertahankan posisi lingkungan
minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu.
4. Dorong/bantu latihan nafas abdomen
atau bibir.
5. Kolaborasi dalam pemberian O2,
nebulizer
|
1.
Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
2.
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi.
3.
Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut
4.
Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
pernapasan.
5.
Untuk menghilangkan sesak nafas dan mengencerkan secret
|
3.7.
Implementasi
Diagnosa
|
Tanggal / jam
|
Implementasi
|
Nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan sinus dari peradangan
|
1. Mengkaji tingkat nyeri klien dengan
Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine
2. Melakukan pemeriksaan TTV, TD : 120/90 mmhg, N : 80 x/mnt, S : 36,5◦ C,
RR: 24 x/mnt
3. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri
pada klien serta keluarganya.
4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi.
5. Kolaborasi untuk penggunaan
analgetik.
|
|
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret dari peradangan sinus.
|
1. Mengkaji penumpukkan sekret yang
ada.
2. mengkaji pasien untuk posisi semi
fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat
tidur.
3. Mempertahankan posisi lingkungan
minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu.
4. Membantu latihan nafas abdomen atau
bibir.
5. Melakukan pemasangan O2, dan
melakukan pemberian nebulizer
|
3.8.
Evaluasi
Tanggal/jam
|
Diagnosa
|
Evaluasi
|
Nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan sinus dari peradangan
|
S :
Pasien mengatakan masih
terasa nyeri dibagian hidung
P : Sinusitis
Q : Ditusuk Tusuk
R : Hidung
S : 4
T : Sering
O:
2. TTV
TD :120/90mmHg, S :36,5
0C, N : 80x/mnt,
RR : 24x/mnt
3. Nyeri masih
dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala
|
|
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret dari peradangan sinus.
|
S:
Px mengatakan kalau
bernafas masih terasa sulit
O:
1. Pasien tampak sesak
2. Secret +
3. Terpasang nasal O2 nasal kanul
4. Pernafasan cuping hidung +
5. RR : 24 x/ menit
Wheezing -
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. sinusitis
adalah suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus
paranasal. Penyebab dari sinusitis adalah virus, bakteri, atau jamur.
Kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah streptococcus pneumoniae dan
hemophilus influenza.
2.
Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada pasien adalah :
3.
Implementasi dapat dikerjakan dengan baik sesuai dengan harapan dalam
perencanaan tanpa ada kendala yang berarti, ini didukung oleh fasilitas yang mencukupi
di Rumah Sakit serta kerja sama dengan klien dan keluarga.
4. Hasil evaluasi
dilakukan untuk mengetahui tercapainya pemecahan masalah dan satu tindakan yang
telah di laksanakan. Dilakukan pengkajian ulang terhadap aspek yang terkait
masalah klien. Selama dalam perawatan yang penulis lakukan pada klien post
operasi sinusitis berdasarkan hasil evaluasi maka dapat di simpulkan bahwa
semua masalah dapat teratasi dan juga sebagian teratasi bertahap setiap
harinya.
B.
Saran
Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita
sinusitis, yakni menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, juga dapat
menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati. Namun komplikasi ini
dapat menurun dengan pemberian antibiotic dan dekongestan sejak dini (awal
terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi,
dan perubahan menjadi kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. G. Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit
Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC
Jakarta
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35554Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Sinusitis.html
http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-sinusitis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar